Cari Blog Ini

Selasa, 15 Januari 2013

Cerita Batak


LEGENDA PUSUK BUHIT

Pusuk Buhit, gunung yang awalnya bernama Gunung Toba memiliki ketinggian 1.500 meter lebih dari permukaan laut dan 1.077 meter dari permukaan Danau Toba. Ada tiga kecamatan yang berada langsung di bawah gunung tersebut yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Pangururan, dan kecamatan Harian Boho.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAB9i5hlz-eILmj1dPtTUxHkPhrtCAxnLiU_ooEg8nFVmVG-BpdAr8ApZk9mMRZ4cEibiv-2IoSLjdg7ruQVuHiy2HW55WCSSXihHzoMaGdXKBz4Zm4guTwtnDBE8QE6u_llOjEk2yLakQ/s320/Pinompar+Tateabulan.jpg
Pinompar ni Tateabulan

Berawal dari Siboru Deak Parujar yang turun dari langit. Dia terpaksa meninggalkan kahyangan karena tidak suka dijodohkan dengan Siraja Odap-odap. Padahal mereka berdua sama-sama keturunan dewa. Dengan alat tenun dan benangnya, Siboru Deak Parujar yakin menemukan suatu tempat persembunyian di benua bawah. Alhasil, dia tetap terpaksa minta bantuan melalui burung-suruhan Sileang-leang Mandi agar Dewata Mulajadi Nabolon berkenan mengirimkan sekepul tanah untuk ditekuk dan dijadikan tempatnya berpijak. Namun sampai beberapa kali kepul tanah itu ditekuk-tekuk, tempat pijakan itu selalu diganggu oleh Naga Padoha Niaji. Raksasa ini sama jelek dan tertariknya dengan Siraja Odap-odap melihat kecantikan Siboru Deak Parujar. Akhirnya Siboru Deak Parujar mengambil siasat dengan makan sirih. Warna sirih Siboru Deak Parujar kemudian semakin menawan Naga Padoha Niaji. Dia mau tangannya diikat asal yang membuat merah bibir itu dapat dibagi kepadanya. Namun setelah kedua tangan berkenan diikat dengan tali pandan, Siboru Deak Parujar tidak memberikan sirih itu sama sekali dan membiarkan Naga Padoha Niaji meronta-ronta sampai lelah.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTcvO5H99ZU9aFD68d4qwoAhUTP2NMAXtMzgVdQ9kLxMkDSJEDzqEJSsqPlP4jq0cz_ArG2vPr_31bkACKZW3lX48KvIbfB0z4_VsKxyVRm1kY-y27enYBzO8zWNI5TwGIWM_GgwEl-kZU/s320/Aek+Bunga+bunga.jpg
Aek Bunga-Bunga (Mata Air pertama di Sagala)
 Bumi yang diciptakan oleh Siboru Deak Parujar terkadang harus diguncang gempa. Gempa itulah hasil perilaku Naga Padoha Niaji. Namun ketika guncangan itu mereda Siboru Deak Parujar mulai merasa kesepian dan mencari teman untuk bercengkerama. Tanpa diduga dan mengejutkan, diapun bertemu dengan Siraja Odap-Odap dan sepakat menjadi suami-istri yang melahirkan pasangan manusia pertama di bumi dengan nama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia. Dari generasi pertama ini lahir tiga anak yaitu Raja Miok-miok, Patundal Na Begu dan Si Aji Lapas-lapas.

Dari ketiga anak tersebut hanya raja Miok-miok memiliki keturunan yaitu Eng Banua.Generasi berikutnya Eng Domia atau Raja Bonang bonang yang menurunkan Raja Tantan Debata,Si Aceh dan Si Jau. Hanya Guru Tantan Debata pula yang memiliki keturunan yaitu Si Raja Batak.
Mulai dari garis Si Raja Batak, asal-usul manusia Batak bukan dianggap legenda lagi tapi menjadi tarombo atau permulaan silsilah. Pada generasi sekarang telah dikenal aksara atau lazim disebut Pustaha Laklak. Sebelum meninggal, Si Raja Batak sempat mewariskan ”Piagam Wasiat” kepada kedua anaknya Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon.
 
Guru Tatea Bulan mendapat ”Surat Agung” yang berisi ilmu pedukunan atau kesaktian, pencak silat dan keperwiraan. Raja Isumbaon mendapat ”Tumbaga Holing”yang berisi kerajaan (Tatap- Raja ), hukum atau peradilan, persawahan, dagang dan seni mencipta. Guru Tatea Bulan memiliki sembilan anak yaitu Si Raja Biak-biak, Tuan Saribu Raja, Si Boru Pareme (putri), Limbong Mulana, Si Boru Anting Sabungan(putri), Sagala Raja, Si Boru Biding Laut (putri), Malau Raja dan Si Boru Nan Tinjo ( maaf, konon seorang banci yang dalam bahasa Batak disebut si dua jambar). Dari keturunan Guru Tatea Bulan terjadi pula perkawinan incest. Antara Saribu Raja dengan Si Boru Pareme. Ini yang menurunkan Si Raja Lontung yang kita kenal marga Sinaga, Nainggolan, Aritonang, Situmorang, dan seterusnya.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqFlb02WJbeUns6rSBl28fR5MtDH_gjZIQkhxlu_6zXVggykAQ0uMX6ToPF1jyhhqL7rh0uG2ibUtj5ZK7bLX5gDwdpe74nk612p5EumxLLISaAVUkprJBrHE3EpbWJG_t7kAW_oFLHR2n/s320/Pinompar+Raja+Batak.jpg
Ompu ni Raja Uti
Pada umumnya orang Batak percaya kalau Siraja Batak diturunkan langsung di Pusuk Buhit. Siraja Batak kemudian membangun perkampungan di salah satu lembah gunung tersebut dengan nama Sianjur Mula-mula Sianjur Mula Tompa yang masih dapat dikunjungi sampai saat ini sebagai model perkampungan pertama. Letak perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit di lembah Sagala dan Limbong Mulana. Ada dua arah jalan daratan menuju Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu lagi dari dataran tinggi Tele.


ASAL MUASAL SI RAJA BATAK

Asal usul suku Batak sangat sulit untuk ditelusuri dikarenakan minimnya situs peninggalan sejarah yg menceritakan tentang suku Batak, maka sering dikatakan menelusuri asal usul suku Batak adalah orang yg kurang kerjaan. tapi bagi saya nggak jadi masalah dikatakan kurang kerjaan, siapa tau ada dari para pembaca yg bisa lebih melengkapi tulisan ini saya akan sangat berterima kasih.

Dengan mengutip dari berbagai sumber termasuk tulisan diberbagai blog dan juga buku2 yg menuls tentang Batak saya mencoba untuk menyajikannya bagi para pembaca Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yg terdapat di Idonesia,suku Batak terdapat di wilayah Sumatera Utara.Menurut legenda yg dipercayai sebahagian masyarakat Batak bahwa suku batak berasal dari pusuk buhit daerah sianjur Mula Mula sebelah barat Pangururan di pinggiran danau toba.

Kalau versi ahli sejarah Batak mengatakan bahwa siRaja Batak dan rombonganya berasal dari Thailand yg menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan akhirnya sampai ke Sianjur Mula mula dan menetap disana.
Sedangkan dari prasasti yg ditemukan di Portibi yg bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof. Nilakantisari seorang Guru Besar ahli Kepurbakalaan yg berasal dari Madras,India menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah Barus.pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang2 Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yg bermukim di Barus pada masa itu.Tamil adalah nama salah satu suku yg terdapat di India.

si Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13) Raja Sisingamangaraja keXII diperkirakan keturunan siRaja Batak generasi ke19 yg wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.
Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari siRaja batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yg berkedudukan diBarus karena pada abad ke12 yg menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya diPalembang.
Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan leluhur siRaja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari sinilah kemungkinan yg dinamakan siRaja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang
atau boleh jadi siRaja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar Danau Toba,Simalungun,Tanah Karo,Dairi sampai sebahagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya sidaerah Portibi disebelah selatan Danau Toba.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAmN4La0tk4GeLgiuWNI1WgHZjVrjQI0Yy0xFuImtAZp2DhuSHxbDnD1I2UwOdPGFdpal_WKbklw69WAZ8gC-5C9-yXT-exoY03WHDrzHAwbKe5QTp04XQiXm2WQfV4_4cirPyfCr4y3kA/s320/Mangulosi.jpg
Mangulosi Halak Batak
Pada akhir abad ke12 sekitar tahun 1275 kerajaan Majapahit menyerang kerajaan Sriwijaya sampai kedaerah Pane,Haru,Padang Lawas dan sekitarnya yg diperkirakan termasuk daerah kekuasaan siRaja Batak
Serangan dari kerajaan Majapahit inilah diperkirakan yg mengakibatkan si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga masuk kepedalaman disebelah barat Pangururan ditepian Danau Toba,daerah tersebut bernama Sianjur Mula Mula dikaki bukit yg bernama Pusuk Buhit,kemudian menghuni daerah tersebut bersama rombonganya.
terdesaknya siRaja Batak oleh pasukan dari kerajaan Majapahit kemungkinan erat hubunganya dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya dipalembang karena seperti pada perkiraan diatas siRaja Batak adalah kemungkinan seorang Penguasa perang dibawah kendali kerajaan Sriwijaya.
Sebutan Raja kepada siRaja Batak bukanlah karena beliau seorang Raja akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya ataupun keturunanya sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan bukti2 yg menunjukkan adanya sebuah kerajaan yg dinamakan kerajaan Batak.
Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga2 batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan,juga makam2 para leluhur orang Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunanya dan dibuatkan tugu yg bisa menghabiskan biaya milyartan rupiah.Tugu ini dimaksudkan selain penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda akan silsilah mereka.
didalam sistim kemasyarakatan suku Batak terdapat apa yg disebut dengan Marga yg dipakai secara turun temurun dengan mengikuti garis keturunan laki laki.ada sekitar 227 nama Marga pada suku Batak.
Didalam Tarombo Naimarata dikatakan bahwa siRaja Batak memiliki 3 (tiga)orang anak yaitu:
-GURU TATEA BULAN (siRaja Lontung)
-RAJA ISOMBAON (siRaja Sumba)
-TOGA LAUT.

Ketiga anak si Raja Batak inilah yg diyakini meneruskan tampuk pimpinan siRaja Batak dan asal mula terbentuknya marga2 pada suku Batak.


PENYEBARAN MASYARAKAT BATAK 

Salah satu hal yang menyebabkan hal ini adalah kurangnya informasi sejarah yang dapat diteliti dikarenakan banyak dari benda – benda sejarah suku Batak hilang pada saat penjajahan Belanda dan Perang melawan Padri (atau lebih dikenal dengan tingki ni par padiri). Dalam artikel ini penulis mencoba mengambil jalur historis dimana disebutkan bahwa asal usul Bangsa Batak adalah dari daerah Asia.


Suku Bangsa Batak semula adalah satu dari Suku Melayu Pegunungan (orang pendalaman yang tinggal dan terisolir di pegunungan) di pegunungan perbatasan Burma / Siam (Thailand). Disana suku Bangsa Batak tinggal dengan suku – suku Bangsa Suku Melayu Pegunungan lainnya seperti Suku Bangsa Karen, Igorot, Toraja, Bontok, Ranau, Meo, Tayal, Waco.

Suku bangsa ini selama ribuan tahun terpisah dari pengaruh dunia luar (splendid isolation), mereka seluruhnya adalah orang – orang pegunungan yang cenderung mengurung diri di pegunungan dan menolak segala hubungan dengan dunia luar terutama orang – orang pesisir (Suku Melayu Pesisir).

Pada + 3000 SM Bangsa Mongol melakukan pelebaran wilayah kekuasaan mereka ke arah Selatan, sepanjang Sungai Irwandi, Salween, serta Mekong. Situasi ini mendesak orang – orang yang bukan hanya dari kalangan Suku Melayu Pesisir (orang pesisir) tetapi juga Suku Palae Mongoloid (nenek moyang orang orang Siam, Kamboja, Laos, Viet, dan Dayak. Akibat expansi ini, suku Siam mulai mendapat terpengaruh agama Budha. Berbeda dengan Suku Dayak yang terlanjur jauh berpindah ke pendalaman hutan Kalimantan.

Desakan yang dilakukan suku Mongol terhadap Palae Mongoloid memaksa Palae Mongoloid mendesak pula ke atas naik ke pegunungan meninggalkan daerah pesisir, ke wilayah Suku Melayu Pegunungan. Inilah yang disebut dengan desakan secara Transcendental. Akibat desakan ini, kalangan Suku Melayu Pegunungan sebagian besar terdesak hingga ke tepi laut di Teluk Martaban dan berlahan – lahan terkena pengaruh budaya Hindu dimana dapat dipahami banyak istilah – istilah Hindu yang mereka adopsi masuk ke dalam bahasa – bahasa Suku Melayu Pegunungan antara lain ke dalam Bahasa Batak. Istilah – istilah seperti ; Debata, Singa, Surgo, Batara, Mangaraja dan lain – lain.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDUEG5yOIa4MCEscn1YjBywFzFV-KKVY-Mb4c5WlX3hNlgDqIIGxyhaDEtJXRR1AFoJNPxMTYyGgIlLh8ZRjOaSsuZERWCzv27c8yMQfqqc7Nm2kan5vm2IVXwGu6EHdIGuFyjlL0NNWbx/s320/Malosung+Eme.jpg
Malosung Eme
Masyarakat Suku Melayu Pegunungan yang aslinya adalah orang – orang pegunungan tentu tidak merasa nyaman berada di daerah pinggiran mengingat banyaknya ancaman dari pengaruh luar yang bisa datang mempengaruhi. Sangat jauh berbeda dari kebiasaan mereka yang suka menutup diri di pegunungan dari pengaruh luar.

Suku Bangsa Batak mendarat di Pantai Barat Pulau Andalas. Disana suku Batak sudah segera terpecah menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

Kelompok Pertama Melanjutkan pelayaran dan mendarat di Simalur, Nias, Batu, Mentawai, Siberut dan lain – lain hingga ke Enggano.

Kelompok Kedua mendarat di Muara Sungai Simpang (Singkil Sekarang) Masuk ke pendalaman dan menetap di Kutacane. Dari sana mereka menduduki seluruh pendalaman Aceh. Inilah yang kemudian menjadi Suku Batak Gayo dan Batak Alas. Walau berada di wilayah Aceh namun kelompok ini tidak pernah terpengaruh oleh Aceh. Tulisan dan Bahasa tetaplah Batak.

Kelompok Ketiga mendarat di Muara Sungai Sorkam (antara Barus dan Sibolga). Masuk ke pendalaman mencari daerah yang terisolir dan bermukim di kaki gunung Pusuk Buhit. Inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal orang Batak sekarang.

Suku Batak di Tanah Batak mendirikan permukiman yang pertama di tepi Danau Toba di kaki Gunung Pusuk Buhit yang bernama Sianjur Sagala Limbong Mulana. Tempat ini sangat terjamin dimana jika dilihat dari segi geografisnya sendiri, permukiman ini berada di ketinggian 900 meter berada jauh dari pinggir danau Toba dan memiliki sumber air untuk irigasi yang sangat banyak.

Sumber :

http://tanobatak.wordpress.com/2007/07/20/pusuk-buhit-gunung-leluhur-batak
http://batakpos-online.com/content/view/8943/47/
http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/19/asal-usul-suku-batak/
http://raymondsitorus.wordpress.com/2012/02/21/asal-usul-suku-batak/

Partuturon dan Panjouon di Halak Batak = Panggilan Kekerabatan Dalam Adat Batak
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ0ispMxLo8JtpR0QEI-ejC8vMGRHuTjjPoNiOnJEPCr4YwhgzoE98eGrAmbPvZr8lYpHo5k_oNME2QX34cLHvfjea9ytvRSFFkkuO1eIZcHB30MjsOCOGpOuFcayAk5I9iPko06nvqtgn/s1600/Panggoaran+Halak+Batak.JPG


Share saya kali ini berhubungan dengan tulisan saya sebelumnya yaitu Ulos Batak dan Dalihan Na Tolu (sistem Kekerabatan suku Batak) dalam tulisan ini bahasa yang dipakai disini sengaja di-campursari-kan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Batak, agar lebih gamblang dimengerti oleh dongan tubu, boru dan bere kami. (Jadi kalo kata na malo mar-bahasa Batak / Indonesia na marpasir-pasir... Ga apa-apa yang penting tujuan penulisan ini dapat dicerna lebih mudah oleh pembaca... hehehe...)

Batak adalah suku yang berbudaya dan punya adat istiadat yang unik. Sejak dulu kala, kita tentu masih ingat petuah nenek moyang kita dalam hal menjalin kekerabatan, seperti :

- Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan
artinya: awalnya harus saling bertanya marga dulu biar kita tahu kekerabatan.

- Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur
artinya: kita akan terasa nyaman bila kita baik menjalin kekerabatan.



Sekilas mari kita kembali mengingat falsafah batak dalam hal kekerabatan, yaitu ” DALIHAN NA TOLU"
1. Manat mar-DONGAN TUBU = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
2. Elek mar-BORU = memperlakukan semua perempuan dengan kasih
3. Somba mar-HULA-HULA = menghormati pihak keluarga perempuan

DONGAN TUBU ( sabutuha ), adalah :
1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
7. Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis : Gultom dengan Samosir, Pakpahan, Sitinjak, Harianja.

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan dongan sabutuha :
- Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng sangap ho
- Tampulon aek do na mardongan sabutuha
- Tali papaut tali panggongan, tung taripas laut sai tinanda do rupa ni dongan

BORU, adalah :
1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita
2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
3. Namboru ni suhut
4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita.
5. Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula
6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo dan perempuan dari marga parpadanan ( sumpah ).
8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri dari semua laki-laki yang memanggil kita ‘Amang’ .

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan boru :
- Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang
- Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )
- Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula
- Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru = kasih sayang yang sama terhadap putera dan puteri
- Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe pulikpulik margana

Kata-kata bijak perihal bere :
- Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama do tulang
- Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang, tung sian dia pe mangalap boru bere i sai hot do i boru ni tulang

HULA-HULA, adalah :
- Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua
- Tulang
- Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung
- Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita . Pokoknya, semua hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
- Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah yang disebut dengan INANG BAO.
- Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga.

Kata-kata bijak penuntun hubungan kita dengan hulahula :
Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin menentukan jenis kelamin ayam (jantan/betina ), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan ati-hati, begitu pula terhadap hulahula, kita harus terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya.
Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik terhadap hulahula.
Hulahula i do debata na tarida
Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak, anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan puteri (hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah materi, tetapi keturunan,selengkapnya baca di ‘Ruma Gorga’ )
Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara
Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen pogos gabe mamora

Nama-nama partuturon dan bagaimana kita memanggilnya ( ini versi asli, kalau ternyata Dalam masa sekarang kita salah menggunakannya, segeralah perbaiki ) (sekali lagi, kita semua memposisikan diri kita sebagai laki-laki )

A. PANJOUON = PANGGILAN DALAM DONGAN TUBU:

(1) Amang/Among : kepada bapak kandung
(2) Amangtua : kepada abang kandung bapak kita, maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil ‘Amang’ saja atau "Tua"
(3) Amanguda : kepada adik dari bapak kita, maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga kita cukup memanggilnya dengan sebutan “Amang’ atau ‘Uda’
(4) Haha/Angkang : kepada abang kandung kita, dan semua par-abangon baik dari amangtua dari marga kita.
(5) Anggi : kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera amanguda, dan semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo. Untuk perempuan yang kita cintai, kita juga bisa memanggilnya dengan sebutan ini atau bisa juga ‘Anggia’
(6) Hahadoli : atau ‘Angkangdoli’, ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan ) ompung kita
(7) Anggidoli : kepada semua laki-laki yang merupakan keturunan dari ompu yang ditinodohon (di-per-adik kan) ompung kita, sampai kepada tujuh generasi sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat, panggilan ini bisa langsung digunakan ( tidak perlu memakai Hata Pantun atau JagarJagar ni hata)
(8) Ompung : kepada kakek kandung kita. Sederhananya, semua orang yang kita panggil dengan sebutan ‘Amang’, maka bapak-bapak mereka adalah ‘Ompung’ kita. Ompung juga merupakan panggilan untuk datu/dukun, tabib/Namalo.
(9) Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung kita. Kita memanggilnya ‘Amang’
(10) Ompung mangulahi: kepada ompung dari ompung kita
(11) Inang/Inong : kepada ibu kandung kita
(12) Inangtua : kepada isteri dari semua bapatua/amangtua
(13) Inanguda : kepada isteri dari semua bapauda/amanguda
(14) Angkangboru : kepada semua perempuan yang posisinya sama seperti ‘angkang’
(15) Anggiboru : kepada adik kandung. Kita memanggilnya dengan sebutan ‘Inang’
(16) Ompungboru : lihat ke atas
(17) Ompungboru mangulahi : lihat ke atas

B. PANJOUON = PANGGILAN DALAM PAR-HULA-HULA ON:

(a) Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan bapauda dari isteri kita. Kita memangilnya dengan epada ‘Amang’
(b) Simatua kepada ibu, inangtua, dan inanguda dari isteri kita. Kita cukup memangilnya ‘Inang’.
(c) Tunggane : disebut juga ‘Lae’, yakni epada semua ito dari isteri kita
(d) Tulang na poso : kepada putera tunggane kita, dan cukup dipangil ‘Tulang’
(e) Nantulang na poso : kepada puteri tunggane kita, cukup dipanggil ‘Nantulang’
(f) Tulang : kepada ito ibu kita
(g) Nantulang : kepada isteri tulang kita
(h) Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup dipanggil ‘Ompung’
(i) Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan tulang isteri mereka, juga kepada semua hulahula dari hulahula kita (amangoi…borat na i )
(j) Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula dari yang kita panggil ‘Ompung’
(k) Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung dari semua yang kita panggil ‘Amang’, dan generasi di atasnya

C. PANJOUON = PANGGILAN DALAM DONGAN PAR-BORU ON:

(1) Hela : kepada laki-laki yang menikahi puteri kita, juga kepada semua laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik kita. Kita memanggilnya ‘Amanghela’
(2) Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda dari hela kita. Juga kepada laki-laki yang menikahi ito kandung kita
(3) Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda dari hela kita
(4) Amangboru : kepada laki-laki ( juga abang/adik nya) yang menikahi ito bapak kita
(5) Namboru : kepada isteri amangboru kita
(6) Lae : kepada putera dari amangboru kita
(7) Ito : kepada puteri dari amangboru kita
(8) Lae : kepada bapak dari amangboru kita
(9) Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita
(10) Bere : kepada abang/adik juga ito dari hela kita
(11) Bere : kepada putera dan puteri dari ito kita
(12) Bere : kepada ito dari amangboru kita

Alus ni tutur tu panjouhon ni partuturan na tu ibana ( hubungan sebutan kekerabatan timbal balik )
Kalau kita laki-laki dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita:
· amang, amangtua VS amanguda amang
· inang, inangtua VS inanguda amang
· angkang VS anggi(a)
· ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) VS anggi(a)
· ompungboru ( suhut ) VS anggi(a)
· ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) VS lae
· ompungboru ( bao ) VS amangbao
· inang ( anggiboru ) VS amang
· anggia VS angkang
· anggia ( pahompu ) VS ompung
· inang ( bao ) VS amang
· inang ( parumaen ) VS amang
· amang ( simatua ) VS amanghela
· inang ( simatua ) VS amanghela
· tunggane VS lae
· tulang VS bere
· nantulang VS bere
· tulang na poso VS amangboru
· nantulang na poso VS amangboru
· bere VS tulang
· ito VS ito
· parumaen/maen VS amangboru
· amang ( na mambuat maen ni iba ) VS amang

Kalau kita perempuan dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan Memanggil kita dengan:
· amang, amangtua, VS amanguda inang
· inang, inangtua, VS inanguda inang
· angkang VS anggi(a)
· ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) VS ito
· ompungboru ( suhut ) VS eda
· ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) VS ito
· ompungboru ( bao ) VS eda
· anggia VS angkang
· inang ( parumaen ) VS inang
· amang ( simatua ) VS inang
· inang ( simatua ) VS inang
· tulang VS bere
· nantulang VS bere
· bere VS nantulang
· ito VS ito
· parumaen/maen VS nanmboru
· amang ( na mambuat maen ni iba ) VS inang

NB = Naporlu Botoon = yang perlu di ingat :
- Hanya laki-laki lah yang mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang naposo.
- Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang na poso dohot inang na poso .

Ada lagi istilah LEBANLEBAN TUTUR, artinya pelanggaran adat yang dimaafkan. Misalnya begini : saya punya bere, perempuan, menikah dengan laki-laki, putera dari dongan sabutuha saya.
Nah, seharusnya, si bere itu memanggil saya ‘Amang’ karena pernikahan itu meletakkan posisi saya menjadi mertua/simatua, dan laki-laki itu harus memanggil saya ‘Tulang rorobot’ karena perempuan yang dia nikahi adalah bere saya. Tapi tidaklah demikian halnya. Partuturon karena keturunan lebih kuat daripada partuturon apa pun, sehingga si bere harus tetap panggil saya ‘Tulang’ dan si laki-laki harus tetap memanggil saya ‘Bapatua/bapauda’


Pertentangan dan Pembagian dalam Adat Batak

Description: http://perfectworld.lytogame.com/images/berita/2008/territorialwar/tw_12.jpg


Dalam tulisan kali ini saya ingin menampilkan bagaimana adat batak secara umum , jadi bukan seperti susunan adat dalam keluarga Orang Batak tetapi adalah pembagian masyarakat batak yang menyebabkan adanya pertentangan dalam masyarakat batak, pertentangan ini dimulai dari Belanda melalui Van Volen Houven dan Ter Haar, sebagai pembuatan wilayah adat dan pembuat hukum adat bahkan diakui sebagai Bapak Hukum adat di Indonesia. Wilayah Adat Batak dia bagi menjadi 5 sub Batak:
1 Karo,
2 Simalungun,
3 Toba,
4 Pakpak-Dairi,
5 Mandailing.

Kemudian Toba dia bagi menjadi lebih sub lagi, Toba, Samosir, Humbang dan Silindung. Toba dia bagi dua dengan sebutan Toba Holbung dan Toba na Sae. Humbang dia bagi dua lagi menjadi Humbang dan Butar. Silindung menjadi Silindung Julu dan Silindung pahae.

Karo dia bagi; Karo Gugung, Buluh Berteng, Karo Jahe-Jahe, Karo Singalor Lau, Karo Langkat dan Karo Deli.

Simalungun dia bagi dua, Simalungun atas dan Simalungun Toruan.

Mandailing dia bagi tiga, Mandaling, Angkola dan Padang Lawas, Mandailing dibagi dua, mandailing Dolok dan Mandailing Jae, sedangkan Angkola dibaginya menjadi Angkola Julu dan Angkola Jae, berikut juga Padan yaitu Padang Bolak dan Padang Lawas.

Dari dibagi dua, Pak-pak dan Dairi, kemudian wilayah adat tersebut menjadi satu kembali.

Setelah pembagian wilayah adat tersebut Kemudian hukum adatnya diperkuat, hingga lama baru bisa terjadi perkawinan antara Silindung dengan Toba dan sebaliknya demikian juga yan terjadi antar wilayah, terlebih antar sub etnik, seperti Karo dengan Toba dan seterusnya. Akibatnya adalah, raja-raja kecil pun selalu dibabat dengan politik pecah belah, dengan mengangkat Demang dan Nagari. Kemudian diantuk-antukkan, hingga Raja Huta yang paling banyak memiliki hatuban (pembantu) adalah sebuah prestise yang luar biasa. Perang antar kampung, juga adalah pecah belah, walaupun antar kampung dibawahi oleh Bius yang memiliki Dalihan Na Tolu. Huta membawahi Lumban dan Lumban membawahi Sosor. Semuanya diikat oleh Dalihan Na Tolu, tapi toh terjadi perang juga. Ini juga kemungkinan yang menyebabkan Kenapa orang Batak tidak bisa bersatu dalam menguasai ekonomi? Kenapa harus berjalan sendiri-sendiri.

Kenapa kita tidak meniru orang Tionghoa yang tetap bersatu dalam ekonomi? Mereka sadar, kalau dalam politik mereka tak mungkin bisa menang, maka ekonomilah yang dikuasai. Kenapa kita demikian? Bukankah orang Batak jago marpollung? Rasanya, yang terpenting bagi kita Halak Batak, adalah bagaimana caranya kita bisa bersatu.

Bukankah selama ini Belanda terus mengadudomba kita dan menciptakan legenda-legenda dan legenda itu berhasil menguasai adu-domba setelah pada generasi ke tiga atau ke empat? Mari kita lihat kasus si Saribu Raja dengan ibotonya Boru Pareme. Siapa sebenarnya yang menciptakan legenda itu, hingga sampai sekarang terjadi pertentangan na mardongan tubu antara Borbor dan adik-adiknya?

Demikianlah ulasan ini dibuat hanya untuk membuka pikiran kita Halak Batak ...

Marga - Marga di Suku Batak (Menurut Alphabet)
A.

1. AMBARITA
2. AMPAPAGA (SIAMPAPAGA)
3. AMPUN (NAHAMPUNGAN)
4. ANGKAT
5. ANGKAT SINGKAPAL
6. ARITONANG
7. ARUAN

B.

8. BABIAT
9. BAHO (NAIBAHO)
10. BAKO
11. BANJARNAHOR (NAINGGOLAN)
12. BANJARNAHOR (MARBUN)
13. BANCIN
14. BAKKARA
15. BARINGBING (TAMPUBOLON)
16. BARUARA (TAMBUNAN)
17. BARUTU (SITUMORANG)
18. BARUTU (SINAGA)
19. BATUARA (NAINGGOLAN)
20. BATUBARA
21. BERASA
22. BARAMPU
23. BARINGIN
24. BINJORI
25. BINTANG
26. BOANGMANALU
27. BOLIALA
28. BONDAR
29. BORBOR
30. BUATON
31. BUNUREA (BANUAREA)
32. BUNJORI
33. BUTARBUTAR

D.

34. DABUTAR (SIDABUTAR ?)
35. DAIRI (SIMANULLANG)
36. DAIRI (SINAMBELA)
37. DALIMUNTE (MUNTE ?)
38. DAPARI
39. DAULAE
40. DEBATARAJA (SIMAMORA)
41. DEBATARAJA (RAMBE)
42. DOLOKSARIBU
43. DONGORAN
44. DOSI (PARDOSI)

G.

45. GAJAA
46. GAJADIRI
47. GAJAMANIK
48. GIRSANG
49. GORAT
50. GULTOM
51. GURNING
52. GUSAR

H.

53. HABEAHAN
54. HARAHAP
55. HARIANJA
56. HARO
57. HAROHARO
58. HASIBUAN
59. HASUGIAN
60. HUTABALIAN
61. HUTABARAT
62. HUTAJULU
63. HUTAGALUNG
64. HUTAGAOL (LONTUNG)
65. HUTAGAOL (SUMBA)
66. HUTAHAEAN
67. HUTAPEA
68. HUTASOIT
69. HUTASUHUT
70. HUTATORUAN
71. HUTAURUK

K.

72. KASOGIHAN
73. KUDADIRI

L.

74. LAMBE
75. LIMBONG
76. LINGGA
77. LONTUNG
78. LUBIS
79. LUBIS HATONOPAN
80. LUBIS SINGASORO
81. LUMBANBATU
82. LUMBANDOLOK
83. LUMBANGAOL (MARBUN)
84. LUMBANGAOL (TAMBUNAN)
85. LUMBAN NAHOR (SITUMORANG)
86. LUMBANPANDE (SITUMORANG)
87. LUMBANPANDE (PANDIANGAN)
88. LUMBANPEA (TAMBUNAN)
89. LUMBANRAJA
90. LUMBAN SIANTAR
91. LUMBANTOBING
92. LUMBANTORUAN (SIRINGORINGO)
93. LUMBANTORUAN (SIHOMBING)
94. LUMBANTUNGKUP

M.

95. MAHA
96. MAHABUNGA
97. MAHARAJA
98. MALAU
99. MALIAM
100. MANALU (TOGA SIMAMORA)
101. MANALU-RAMBE
102. MANALU (BOANG)
103. MANIK
104. MANIHURUK
105. MANURUNG
106. MARBUN
107. MARBUN SEHUN
108. MARDOSI
109. MARPAUNG
110. MARTUMPU
111. MATANIARI
112. MATONDANG
113. MEHA
114. MEKAMEKA
115. MISMIS
116. MUKUR
117. MUNGKUR
118. MUNTE (NAIMUNTE ?)

N.

119. NABABAN
120. NABUNGKE
121. NADAPDAP
122. NADEAK
123. NAHAMPUN
124. NAHULAE
125. NAIBAHO
126. NAIBORHU
127. NAIMUNTE
128. NAIPOSPOS
129. NAINGGOLAN
130. NAPITU
131. NAPITUPULU
132. NASUTION
133. NASUTION BOTOTAN
134. NASUTION LONCAT
135. NASUTION TANGGA AMBENG
136. NASUTION SIMANGGINTIR
137. NASUTION MANGGIS
138. NASUTION JORING

O.

139. OMPUSUNGGU
140. OMPU MANUNGKOLLANGIT

P.

141. PADANG (SITUMORANG0
142. PADANG (BATANGHARI0
143. PANGARAJI (TAMBUNAN)
144. PAKPAHAN
145. PAMAN
146. PANDEURUK
147. PANDIANGAN-LUMBANPANDE
148. PANDIANGAN SITANGGUBANG
149. PANDIANAGN SITURANGKE
150. PANJAITAN
151. PANE
152. PANGARIBUAN
153. PANGGABEAN
154. PANGKAR
155. PAPAGA
156. PARAPAT
157. PARDABUAN
158. PARDEDE
159. PARDOSI-DAIRI
160. PARDOSI (SIAGIAN)
161. PARHUSIP
162. PASARIBU
163. PASE
164. PASI
165. PINAYUNGAN
166. PINARIK
167. PINTUBATU
168. POHAN
169. PORTI
170. POSPOS
171. PULUNGAN
172. PURBA (TOGA SIMAMORA)
173. PURBA (RAMBE)
174. PUSUK

R.

175. RAJAGUKGUK
176. RAMBE-PURBA
177. RAMBE-MANALU
178. RAMBE-DEBATARAJA
179. RANGKUTI-DANO
180. RANGKUTI-PANE
181. REA
182. RIMOBUNGA
183. RITONGA
184. RUMAHOMBAR
185. RUMAHORBO
186. RUMAPEA
187. RUMASINGAP
188. RUMASONDI

S.

189. SAGALA
190. SAGALA-BANGUNREA
191. SAGALA-HUTABAGAS
192. SAGALA HUTAURAT
193. SAING
194. SAMBO
195. SAMOSIR
196. SAPA
197. SARAGI (SAMOSIR)
198. SARAGIH (SIMALUNGUN)
199. SARAAN (SERAAN)
200. SARUKSUK
201. SARUMPAET
202. SEUN (SEHUN)
203. SIADARI
204. SIAGIAN (SIREGAR)
205. SIAGIAN (TUAN DIBANGARNA)
206. SIAHAAN (NAINGGOLAN)
207. SIAHAAN (TUAN SOMANIMBIL)
208. SIAHAAN HINALANG
209. SIAHAAN BALIGE
210. SIAHAAN LUMBANGORAT
211. SIAHAAN TARABUNGA
212. SIAHAAN SIBUNTUON
213. SIALLAGAN
214. SIAMPAPAGA
215. SIANIPAR
216. SIANTURI
217. SIBANGEBENGE
218. SIBARANI
219. SIBARINGBING
220. SIBORO
221. SIBORUTOROP
222. SIBUEA
223. SIBURIAN
224. SIDABALOK
225. SIDABANG
226. SINABANG
227. SIDEBANG
228. SIDABARIBA
229. SINABARIBA
230. SIDABUNGKE
231. SIDABUTAR (SARAGI)
232. SIDABUTAR (SILAHISABUNGAN)
233. SIDAHAPINTU
234. SIDARI
235. SIDAURUK
236. SIJABAT
237. SIGALINGGING
238. SIGIRO
239. SIHALOHO
240. SIHITE
241. SIHOMBING 2
42. SIHOTANG
243. SIKETANG
244. SIJABAT
245. SILABAN
246. SILAE
247. SILAEN
248. SILALAHI
249. SILALI
250. SILEANG
251. SILITONGA
252. SILO
253. SIMAIBANG
254. SIMALANGO
255. SIMAMORA
256. SIMANDALAHI
257. SIMANJORANG
258. SIMANJUNTAK
259. SIMANGUNSONG
260. SIMANIHURUK
261. SIMANULLANG
262. SIMANUNGKALIT
263. SIMARANGKIR (SIMORANGKIR)
264. SIMAREMARE
265. SIMARGOLANG
266. SIMARMATA
267. SIMARSOIT
268. SIMATUPANG
269. SEMBIRING-MEHA
270. SEMBIRING-MELIALA
271. SIMBOLON
272. SINABANG
273. SINABARIBA
274. SINAGA
275. SIBAGARIANG
276. SINAMBELA-HUMBANG
277. SINAMBELA DAIRI
278. SINAMO
279. SINGKAPAL
280. SINURAT
281. SIPAHUTAR
282. SIPAYUNG
283. SIPANGKAR
284. SIPANGPANG
285. SIPARDABUAN
286. SIRAIT
287. SIRANDOS
288. SIREGAR
289. SIRINGKIRON
290. SIRINGORINGO
291. SIRUMAPEA
292. SIRUMASONDI
293. SITANGGANG
294. SITANGGUBANG
295. SITARIHORAN
296. SITINDAON
297. SITINJAK
298. SITIO
299. SITOGATOROP
300. SITOHANG URUK
301. SITOHANG TONGATONGA
302. SITOHANG TORUAN
303. SITOMPUL
304. SITORANG (SITUMORANG)
305. SITORBANDOLOK
306. SITORUS
307. SITUMEANG
308. SITUMORANG-LUMBANPANDE
309. SITUMORANG-LUMBAN NAHOR
310. SITUMORANG-SUHUTNIHUTA
311. SITUMORANG-SIRINGORINGO
312. SITUMORANG-SITOGANG URUK
313. SITUMORANG SITOHANG TONGATONGA
314. SITUMORANG SITOHANGTORUAN
315. SITUNGKIR
316. SITURANGKE
317. SOBU
318. SOLIA
319. SOLIN
320. SORGANIMUSU
321. SORMIN
322. SUHUTNIHUTA-SITUMORANG
323. SUHUTNIHUTA-SINAGA
324. SUHUTNIHUTA-PANDIANGAN
325. SUMBA
326. SUNGE
327. SUNGGU

T.

328. TAMBA
329. TAMBAK
330. TAMBUNAN BARUARA
331. TAMBUNAN LUMBANGAOL
332. TAMBUNAN LUMPANPEA
333. TAMBUNAN PAGARAJI
334. TAMBUNAN SUNGE
335. TAMPUBOLON
336. TAMPUBOLON BARIMBING
337. TAMPUBOLON SILAEN
338. TAKKAR
339. TANJUNG
340. TARIHORAN
341. TENDANG
342. TINAMBUNAN
343. TINENDUNG
344. TOGATOROP
345. TOMOK
346. TORBANDOLOK
347. TUMANGGOR
348. TURNIP
349. TURUTAN Tj ( C).
350. TJAPA (CAPA)
351. TJAMBO (CAMBO)
352. TJIBERO (CIBERO)

U.

353. UJUNG-RIMOBUNGA
354. UJUNG-SARIBU KAROKARO
355. KAROKARO BARUS
356. KAROKARO BUKIT
357. KAROKARO GURUSINGA
358. KAROKARO JUNG
359. KAROKARO KALOKO
360. KAROKARO KACARIBU
361. KAR0KARO KESOGIHAN
362. KAROKARO KETAREN
363. KAROKARO KODADIRI
364. KAROKARO PURBA
365. KAROKARO SINURAYA (dari sian raya)
366. KAROKARO SEKALI
367. KAROKARO SIKEMIT
368. KAROKARO SINABULAN
369. KAROKARO SINUAJI
370. KAROKARO SINUKABAN
371. KAROKARO SINULINGGA
372. KAROKARO SIMURA
373. KAROKARO SITEPU
374. KAROKARO SURBAKTI TARIGAN
375. TARIGAN BANDANG
376. TARIGAN GANAGANA
377. TARIGAN GERNENG
378. TARIGAN GIRSANG
379. TARIGAN JAMPANG
380. TARIGAN PURBA
381. TARIGAN SILANGIT
382. TARIGAN TAMBAK
383. TARIGAN TAMBUN
384. TARIGAN TAGUR
385. TARIGAN TUA
386. TARIGAN CIBERO PERANGINANGIN
387. PERANGINANGIN-BENJERANG
388. PERANGINANGIN BANGUN
389. PERANGINANGIN KABAK
390. PERANGINANGIN KACINABU
391. PERANGINANGIN KELIAT
392. PERANGINANGIN LAKSA
393. PERANGINANGIN MANO
394. PERANGINANGIN NAMOHAJI
395. PERANGINANGIN PANGGARUN
396. PERANGINANGIN PENCAWAN
397. PERANGINANGIN PARBESI
398. PERANGINANGIN PERASIH
399. PERANGINANGIN PINEM
400. PERANGINANGIN SINUBAYANG
401. PERANGINANGIN SINGARIMBUM
402. PERANGINANGIN SINURAT
403. PERANGINANGIN SUKATENDE
404. PERANGINANGIN ULUJANDI
405. PERANGINANGIN UWIR GINTING
406. GINTING BAHO
407. GINTING BERAS
408. GINTING GURUPATIH
409. GINTING JADIBATA
410. GINTING JAWAK
411. GINTING MANIK
412. GINTING MUNTE
413. GINTING PASE
414. GINTING SIGARAMATA
415. GINTING SARAGIH
416. GINTING SINUSINGAN
417. GINTING SUGIHEN
418. GINTING SINUSUKA
419. GINTING TUMANGGER
420. GINTING CAPA SEMBIRING
421. SEMBIRING-BRAHMANA
422. SEMBIRING BUNUHAJI
423. SEMBIRING BUSUK (PU)
424. SEMBIRING DEPARI
425. SEMBIRING GALUK
426. SEMBIRING GURU KINAYA
427. SEMBIRING KELING
428. SEMBIRING KALOKO
429. SEMBIRING KEMBAREN
430. SEMBIRING MELIALA
431. SEMBIRING MUHAM
432. SEMBIRING PANDEBAYANG
433. SEMBIRING PANDIA
434. SEMBIRING PELAWI
435. SEMBIRING SINULAKI
436. SEMBIRING SINUPAYUNG
437. SEMBIRING SINUKAPAR
438. SEMBIRING TAKANG
439. SEMBIRING SOLIA MARGA SILEBAN MASUK TU BATAK SINAGA
440. SINAGA NADIHAYANGHOTORAN
441. SINAGA NADIHAYANGBODAT
442. SINAGA SIDABARIBA
443. SINAGA SIDAGURGUR
444. SINAGA SIDAHAPINTU
445. SINAGA SIDAHASUHUT
446. SINAGA SIALLAGAN
447. SINAGA PORTI DAMANIK
448. DAMANIK-AMBARITA
449. DAMANIK BARIBA
450. DAMANIK GURNING
451. DAMANIK MALAU
452. DAMANIK TOMOK SARAGI
453. SARAGIH-DJAWAK
454. SARAGIH DAMUNTE
455. SARAGIH DASALAK
456. SARAGIH GARINGGING
457. SARAGIH SIMARMATA
458. SARAGIH SITANGGANG
459. SARAGIH SUMBAYAK
460. SARAGIH TURNIP PURBA
461. PURBA BAWANG
462. PURBA DAGAMBIR
463. PURBA DASUHA
464. PURBA GIRSANG
465. PURBA PAKPAK
466. PUBA SIIDADOLOK
467. PURBA TAMBAK HALAK SILEBAN NA MASUK TU MARGA NI BATAK
468. BARAT ( SIAN HUTABARAT)
469. BAUMI (MSRINGAN DI MANDAILING)
470. BULUARA ( MARINGANAN DI SINGKIL)
471. GOCI (MARINGANAN DI SINGKIL)
472. KUMBI (MARINGANAN DI SINGKIL)
473. MASOPANG (DASOPANG) SIAN HASIBUAN
474. MARDIA (MARINGAN DI MANDAILING)
475. MELAYU (Maringan di Singkel) SIAN MALAU
476. NASUTION (deba mangakui siahaan do nasida pomparan ni si Badoar [sangti]
477. PALIS ( MARINGAN DI SINGKILDOLOK)
478. RAMIN (MARINGAN DI SINGKIL)
479. RANGKUTI ( didok deba nasida, turunan ni Sultan Zulqarnain sian Asia tu Mandailing)

Marga Batak, dikutip dari buku: Ruhut-ruhut ni Adat Batak. Karya: Alm. H.B. Situmorang BPK Gunung Mulia, Jakarta - 1983, Kalo Ada kesalahan mohon Koreksinya





Dikutip dari : sarmanpsagala blogs